Panjat Pinang Berasal dari Daerah
Panjat pinang berasal dari daerah mana, pertanyaan ini sering diutarakan, namun patut diketahui awalnya pajat pinang bukan berasal dari Indonesia. Panjat pinang khususnya mulai populer pada masa penjajahan Belanda.
Awalnya, tradisi ini muncul ketika Belanda merayakan hari-hari besar mereka di tanah jajahan. Mereka mendirikan pohon pinang yang dilumuri pelumas seperti oli atau minyak lalu menggantungkan hadiah di puncaknya.
Masyarakat pribumi kemudian dijadikan hiburan untuk memperebutkan hadiah tersebut. Seiring waktu, tradisi itu berubah fungsi, dari sekadar hiburan untuk penjajah, menjadi permainan rakyat yang sangat populer.
Kini, panjat pinang hampir selalu digelar pada perayaan HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus di berbagai daerah. Bisa disimpulkan, asalnya dari Indonesia, tetapi dipengaruhi budaya kolonial Belanda.
Namun tradisi panjat pinang di Indonesia ternyata punya kemiripan dengan permainan dari Tiongkok yang disebut Qiang Gu (抢孤). Qiang Gu adalah tradisi rakyat Tiongkok yang biasanya diadakan saat perayaan Festival Hantu Lapar atau Zhongyuan Festival.
Peserta harus memanjat tiang tinggi yang licin untuk merebut hadiah di puncaknya. Sama seperti panjat pinang di Indonesia, tiang ini biasanya dilumuri minyak atau bahan licin supaya sulit dinaiki.
Tradisi ini melambangkan keberanian, kebersamaan, dan semangat perjuangan. Lalu apa hubungan dengan panjat pinang di Indonesia? Banyak sejarawan berpendapat panjat pinang terinspirasi dari Qiang Gu yang dibawa imigran Tionghoa pada masa lalu.
Namun, panjat pinang kemudian juga dipengaruhi oleh tradisi kolonial Belanda yang menjadikannya hiburan. Akhirnya permainan ini bertransformasi menjadi permainan rakyat khas Indonesia, terutama saat 17 Agustus.
Jadi bisa dibilang, akar sejarah panjat pinang itu campuran ada pengaruh dari Tiongkok (Qiang Gu) dan juga dari masa penjajahan Belanda, lalu berkembang menjadi tradisi lokal Indonesia.
Tradisi Qiang Gu (抢孤) di Tiongkok sudah ada sejak lebih dari seribu tahun lalu. Asal-usul & Sejarah Qiang Gu ini erat kaitannya dengan Festival Zhongyuan atau Hungry Ghost Festival yaitu Festival Hantu Lapar, yang jatuh pada tanggal 15 bulan ketujuh kalender Imlek.
Festival ini sudah ada sejak Dinasti Tang (618–907 M), bahkan sebagian sumber menyebut pengaruhnya sudah muncul sejak Dinasti Han (206 SM – 220 M), ketika masyarakat mulai melakukan ritual untuk roh leluhur.
Qiang Gu kemudian berkembang di daerah pesisir, terutama di Fujian dan Taiwan, di mana tiang tinggi dipanjat untuk merebut hadiah yang diyakini sebagai berkah dari leluhur.
Permainan ini juga menjadi bentuk ritual keselamatan, karena diyakini roh-roh lapar akan “puas” jika manusia melakukan perayaan penuh semangat. Jadi, bisa dikatakan Qiang Gu sudah dikenal sejak lebih dari 1000 tahun lalu, dan hingga kini masih dilestarikan di beberapa daerah di Tiongkok Selatan serta Taiwan.
Kalau ditelusuri dari sisi sejarah budaya, panjat pinang di Indonesia kemungkinan memang punya kaitan dengan tradisi Tiongkok kuno Qiang Gu, alasannya adalah:
Kemiripan konsep
yaitu sama-sama memanjat tiang tinggi yang dilumuri minyak atau lemak untuk merebut hadiah di puncak.
Jejak migrasi Tionghoa
Komunitas Tionghoa sudah ada di Nusantara sejak abad ke-7 di era Sriwijaya hingga masa kolonial. Bisa jadi mereka memperkenalkan Qiang Gu ke masyarakat setempat.
Belanda memperkuat tradisi ini
Saat masa kolonial, Belanda menjadikannya hiburan rakyat saat pesta mereka. Dari sinilah panjat pinang semakin populer di Jawa, Sumatera, hingga daerah lain.
Transformasi lokal
Setelah Indonesia merdeka, panjat pinang bukan lagi sekadar hiburan kolonial, tetapi menjadi simbol perjuangan, kebersamaan, dan perayaan kemerdekaan.
Kesimpulan
Asal ide bisa ditarik ke Tiongkok (Qiang Gu). Penyebaran & popularisasi diperkuat oleh Belanda. Identitas sekarang sudah menjadi permainan rakyat khas Indonesia yang identik dengan 17 Agustus.
Kalau kita lihat konteks sejarahnya, Belanda tidak sekadar menjadikan panjat pinang sebagai hiburan, tapi ada maksud sosial-politik di baliknya. Fungsi utama panjat pinang di masa Belanda:
Hiburan untuk orang Belanda
Panjat pinang dulu sering digelar saat pesta ulang tahun Raja atau Ratu Belanda atau perayaan kolonial. Penduduk pribumi dipaksa atau dipancing ikut, sementara orang Belanda menontonnya sebagai tontonan lucu.
Simbol “hadiah dari atas”
Hadiah digantung di puncak tiang, melambangkan bahwa rakyat harus “berebut” sesuatu yang sebenarnya milik mereka sendiri, tetapi dibuat seakan-akan pemberian dari penguasa. Ini secara halus menunjukkan hierarki kekuasaan: hadiah yaitu kesejahteraan, ada di tangan Belanda, rakyat harus susah payah merebutnya.
Mengalihkan perhatian
Dengan permainan massal yang meriah, Belanda bisa mengalihkan perhatian masyarakat dari penderitaan, pajak, dan penindasan kolonial. Semacam “roti dan sirkus” versi Hindia Belanda.
Menguji mental rakyat
Panjat pinang juga dianggap ajang untuk melihat daya juang rakyat pribumi. Hanya yang kompak, kuat, dan rela jatuh bangun yang bisa sampai ke puncak.
Bagi Belanda, panjat pinang bukan sekadar hiburan, tetapi alat sosial-politik untuk mempertahankan kekuasaan. Bedanya, setelah Indonesia merdeka, makna itu berubah total panjat pinang menjadi simbol perjuangan, gotong royong, dan kemerdekaan rakyat Indonesia.

Awalnya, tradisi ini muncul ketika Belanda merayakan hari-hari besar mereka di tanah jajahan. Mereka mendirikan pohon pinang yang dilumuri pelumas seperti oli atau minyak lalu menggantungkan hadiah di puncaknya.
Masyarakat pribumi kemudian dijadikan hiburan untuk memperebutkan hadiah tersebut. Seiring waktu, tradisi itu berubah fungsi, dari sekadar hiburan untuk penjajah, menjadi permainan rakyat yang sangat populer.
Kini, panjat pinang hampir selalu digelar pada perayaan HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus di berbagai daerah. Bisa disimpulkan, asalnya dari Indonesia, tetapi dipengaruhi budaya kolonial Belanda.
Namun tradisi panjat pinang di Indonesia ternyata punya kemiripan dengan permainan dari Tiongkok yang disebut Qiang Gu (抢孤). Qiang Gu adalah tradisi rakyat Tiongkok yang biasanya diadakan saat perayaan Festival Hantu Lapar atau Zhongyuan Festival.
Peserta harus memanjat tiang tinggi yang licin untuk merebut hadiah di puncaknya. Sama seperti panjat pinang di Indonesia, tiang ini biasanya dilumuri minyak atau bahan licin supaya sulit dinaiki.
Tradisi ini melambangkan keberanian, kebersamaan, dan semangat perjuangan. Lalu apa hubungan dengan panjat pinang di Indonesia? Banyak sejarawan berpendapat panjat pinang terinspirasi dari Qiang Gu yang dibawa imigran Tionghoa pada masa lalu.
Namun, panjat pinang kemudian juga dipengaruhi oleh tradisi kolonial Belanda yang menjadikannya hiburan. Akhirnya permainan ini bertransformasi menjadi permainan rakyat khas Indonesia, terutama saat 17 Agustus.
Jadi bisa dibilang, akar sejarah panjat pinang itu campuran ada pengaruh dari Tiongkok (Qiang Gu) dan juga dari masa penjajahan Belanda, lalu berkembang menjadi tradisi lokal Indonesia.
Tradisi Qiang Gu (抢孤) di Tiongkok sudah ada sejak lebih dari seribu tahun lalu. Asal-usul & Sejarah Qiang Gu ini erat kaitannya dengan Festival Zhongyuan atau Hungry Ghost Festival yaitu Festival Hantu Lapar, yang jatuh pada tanggal 15 bulan ketujuh kalender Imlek.
Festival ini sudah ada sejak Dinasti Tang (618–907 M), bahkan sebagian sumber menyebut pengaruhnya sudah muncul sejak Dinasti Han (206 SM – 220 M), ketika masyarakat mulai melakukan ritual untuk roh leluhur.
Qiang Gu kemudian berkembang di daerah pesisir, terutama di Fujian dan Taiwan, di mana tiang tinggi dipanjat untuk merebut hadiah yang diyakini sebagai berkah dari leluhur.
Permainan ini juga menjadi bentuk ritual keselamatan, karena diyakini roh-roh lapar akan “puas” jika manusia melakukan perayaan penuh semangat. Jadi, bisa dikatakan Qiang Gu sudah dikenal sejak lebih dari 1000 tahun lalu, dan hingga kini masih dilestarikan di beberapa daerah di Tiongkok Selatan serta Taiwan.
Kalau ditelusuri dari sisi sejarah budaya, panjat pinang di Indonesia kemungkinan memang punya kaitan dengan tradisi Tiongkok kuno Qiang Gu, alasannya adalah:
Kemiripan konsep
yaitu sama-sama memanjat tiang tinggi yang dilumuri minyak atau lemak untuk merebut hadiah di puncak.
Jejak migrasi Tionghoa
Komunitas Tionghoa sudah ada di Nusantara sejak abad ke-7 di era Sriwijaya hingga masa kolonial. Bisa jadi mereka memperkenalkan Qiang Gu ke masyarakat setempat.
Belanda memperkuat tradisi ini
Saat masa kolonial, Belanda menjadikannya hiburan rakyat saat pesta mereka. Dari sinilah panjat pinang semakin populer di Jawa, Sumatera, hingga daerah lain.
Transformasi lokal
Setelah Indonesia merdeka, panjat pinang bukan lagi sekadar hiburan kolonial, tetapi menjadi simbol perjuangan, kebersamaan, dan perayaan kemerdekaan.
Kesimpulan
Asal ide bisa ditarik ke Tiongkok (Qiang Gu). Penyebaran & popularisasi diperkuat oleh Belanda. Identitas sekarang sudah menjadi permainan rakyat khas Indonesia yang identik dengan 17 Agustus.
Kalau kita lihat konteks sejarahnya, Belanda tidak sekadar menjadikan panjat pinang sebagai hiburan, tapi ada maksud sosial-politik di baliknya. Fungsi utama panjat pinang di masa Belanda:
Hiburan untuk orang Belanda
Panjat pinang dulu sering digelar saat pesta ulang tahun Raja atau Ratu Belanda atau perayaan kolonial. Penduduk pribumi dipaksa atau dipancing ikut, sementara orang Belanda menontonnya sebagai tontonan lucu.
Simbol “hadiah dari atas”
Hadiah digantung di puncak tiang, melambangkan bahwa rakyat harus “berebut” sesuatu yang sebenarnya milik mereka sendiri, tetapi dibuat seakan-akan pemberian dari penguasa. Ini secara halus menunjukkan hierarki kekuasaan: hadiah yaitu kesejahteraan, ada di tangan Belanda, rakyat harus susah payah merebutnya.
Mengalihkan perhatian
Dengan permainan massal yang meriah, Belanda bisa mengalihkan perhatian masyarakat dari penderitaan, pajak, dan penindasan kolonial. Semacam “roti dan sirkus” versi Hindia Belanda.
Menguji mental rakyat
Panjat pinang juga dianggap ajang untuk melihat daya juang rakyat pribumi. Hanya yang kompak, kuat, dan rela jatuh bangun yang bisa sampai ke puncak.
Bagi Belanda, panjat pinang bukan sekadar hiburan, tetapi alat sosial-politik untuk mempertahankan kekuasaan. Bedanya, setelah Indonesia merdeka, makna itu berubah total panjat pinang menjadi simbol perjuangan, gotong royong, dan kemerdekaan rakyat Indonesia.
Panjat Pinang Berasal dari Daerah
Reviewed by Pendulum Dunia
on
8/18/2025 12:34:00 AM
Rating:
