Bagaimana Kata Hoax Pertama Kali Dikenalkan, Hoax Pertama Itu Apa?
Kata hoax pertama kali didedungkan karena suatu kata yang digunakan untuk menunjukan pemberitaan palsu atau usaha untuk menipu atau mengakali pembaca atau pendengarnya untuk mempercayai, sesuatu yang biasanya digunakan dalam forum internet seperti facebook, twitter, blog, dan yang paling sering adalah di forum.

Banyak menggunakan kata hoax justru tak tahu bagaimana sejarah penggunaan kata hoax sendiri, Kata hoax sebenarnya muncul pertama kali di kalangan netter Amerika, kata hoax didasarkan pada sebuah judul film yang berjudul The Hoax.
The Hoax adalah sebuah film drama Amerika 2006 yang disutradarai oleh Lasse HallstrΓΆm. Skenario oleh William Wheeler, film ini dibuat berdasarkan buku dengan judul yang sama oleh Clifford Irving dan berfokus pada biografi irving sendiri, serta Howard Hughes yang dianggap dianggap membantu menulis.
Banyak kejadian yang diuraikan Irving dalam bukunya yang diubah atau dihilangkan dari film, dan penulis kemudian berkata, "saya dipekerjakan oleh produser sebagai penasihat teknis film, tapi setelah membaca naskah terakhir saya meminta agar nama saya dihapus dari kredit film, itu mungkin disebabkan karna plot naskah tak sesuai dengan novel aslinya."
Sejak itu, film hoax dianggap sebagai film yang banyak mengandung kebohongan, sehingga kemudian banyak kalangan terutama para netter yang menggunakan istilah hoax untuk menggambarkan suatu kebohongan.
Lambat laun, penggunaan kata hoax di kalangan netter makin gencar. Bahkan kabarnya kata hoax digunakan oleh netter di hampir seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. Jadi kata Hoax berasal dari sebuah film bohong tentang sebuah buku, sebuah film memang dahsyat ya, film itu tidak sesuai alias bohong, Hoax.
Sejarah hoaks atau berita palsu sebenarnya sudah ada jauh sebelum munculnya internet dan media sosial. Istilah “hoax” sendiri berasal dari kata “hocus,” yang diyakini merupakan bentuk singkatan dari “hocus pocus,” sebuah mantra sulap pada abad ke-17 yang sering digunakan untuk menipu penonton.
Dengan kata lain, sejak awal istilah ini sudah berkaitan erat dengan unsur tipu daya dan rekayasa untuk membuat orang percaya pada sesuatu yang tidak benar.
Seiring berjalannya waktu, hoaks berkembang menjadi fenomena sosial yang melibatkan penyebaran informasi palsu demi tujuan tertentu, mulai dari hiburan, politik, ekonomi, hingga manipulasi publik.
Jika ditelusuri lebih dalam, hoaks pertama di dunia bisa ditelusuri ke masa lampau, bahkan sebelum adanya media cetak. Salah satu contoh paling awal yang tercatat dalam sejarah adalah pada tahun 1835, ketika surat kabar The Sun di New York menerbitkan serangkaian artikel yang dikenal sebagai “The Great Moon Hoax.”
Dalam berita itu, diklaim bahwa para ilmuwan telah menemukan kehidupan di bulan, termasuk makhluk mirip kelelawar, hutan, dan lautan. Artikel tersebut menampilkan “bukti ilmiah” palsu dan gambar imajinatif untuk mendukung klaimnya.
Ribuan orang percaya dan penjualan surat kabar pun melonjak drastis. Baru setelah beberapa minggu, publik menyadari bahwa cerita tersebut sepenuhnya fiksi. Peristiwa ini sering dianggap sebagai hoaks modern pertama yang menyebar luas melalui media massa.
Namun, jauh sebelum abad ke-19, praktik menipu publik dengan informasi palsu juga telah terjadi. Misalnya, pada zaman Romawi Kuno, politikus sering menyebarkan rumor palsu atau propaganda untuk menjatuhkan lawan politik.
Julius Caesar sendiri pernah menjadi korban fitnah politik melalui surat kabar dinding (Acta Diurna). Selain itu, pada abad pertengahan, kisah-kisah bohong tentang keajaiban agama atau penampakan makhluk gaib juga sering disebarkan oleh pihak tertentu untuk menarik perhatian masyarakat dan meningkatkan pengaruh keagamaan.
Memasuki era modern, terutama setelah ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada abad ke-15, hoaks semakin mudah menyebar karena informasi dapat dicetak massal.
Banyak pamflet, selebaran, dan surat kabar pada masa itu yang berisi kabar palsu atau dilebih-lebihkan untuk kepentingan politik atau komersial.
Contohnya, pada abad ke-18 di Eropa, beberapa penerbit sering menulis berita tentang penemuan makhluk aneh, harta karun misterius, atau fenomena langit yang dikaitkan dengan ramalan kiamat. Berita semacam itu sering menarik perhatian publik dan meningkatkan penjualan, meskipun isinya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Ketika teknologi komunikasi berkembang, dari radio, televisi, hingga internet, penyebaran hoaks pun semakin cepat dan luas. Di abad ke-20, banyak hoaks terkenal bermunculan, seperti siaran radio “War of the Worlds” oleh Orson Welles pada tahun 1938 yang membuat ribuan orang panik karena mengira benar-benar ada invasi alien.
Meskipun itu hanyalah sandiwara radio, peristiwa tersebut menunjukkan betapa mudahnya manusia termakan kepanikan akibat informasi yang terdengar meyakinkan.
Kini, di era digital, hoaks telah menjadi fenomena global. Media sosial memungkinkan siapa pun untuk menyebarkan informasi tanpa verifikasi, sehingga berita palsu bisa viral dalam hitungan menit.
Motif di balik hoaks pun semakin beragam, mulai dari mencari sensasi, menyebar kebencian, menjatuhkan reputasi seseorang, hingga memperoleh keuntungan ekonomi. Akibatnya, muncul kebutuhan besar akan literasi digital agar masyarakat bisa membedakan mana berita benar dan mana yang palsu.
Dari sejarah panjang tersebut, jelas bahwa hoaks bukanlah hal baru dalam peradaban manusia. Ia telah bertransformasi dari rumor lisan menjadi berita palsu di surat kabar, dan kini menjadi konten viral di dunia maya.
Namun esensinya tetap sama: hoaks selalu memanfaatkan kepercayaan dan rasa ingin tahu manusia. Oleh karena itu, memahami sejarah hoaks bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga menjadi pelajaran penting agar kita lebih kritis dan bijak dalam menerima setiap informasi yang kita terima hari ini.

Banyak menggunakan kata hoax justru tak tahu bagaimana sejarah penggunaan kata hoax sendiri, Kata hoax sebenarnya muncul pertama kali di kalangan netter Amerika, kata hoax didasarkan pada sebuah judul film yang berjudul The Hoax.
The Hoax adalah sebuah film drama Amerika 2006 yang disutradarai oleh Lasse HallstrΓΆm. Skenario oleh William Wheeler, film ini dibuat berdasarkan buku dengan judul yang sama oleh Clifford Irving dan berfokus pada biografi irving sendiri, serta Howard Hughes yang dianggap dianggap membantu menulis.
Banyak kejadian yang diuraikan Irving dalam bukunya yang diubah atau dihilangkan dari film, dan penulis kemudian berkata, "saya dipekerjakan oleh produser sebagai penasihat teknis film, tapi setelah membaca naskah terakhir saya meminta agar nama saya dihapus dari kredit film, itu mungkin disebabkan karna plot naskah tak sesuai dengan novel aslinya."
Sejak itu, film hoax dianggap sebagai film yang banyak mengandung kebohongan, sehingga kemudian banyak kalangan terutama para netter yang menggunakan istilah hoax untuk menggambarkan suatu kebohongan.
Lambat laun, penggunaan kata hoax di kalangan netter makin gencar. Bahkan kabarnya kata hoax digunakan oleh netter di hampir seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. Jadi kata Hoax berasal dari sebuah film bohong tentang sebuah buku, sebuah film memang dahsyat ya, film itu tidak sesuai alias bohong, Hoax.
Sejarah hoaks atau berita palsu sebenarnya sudah ada jauh sebelum munculnya internet dan media sosial. Istilah “hoax” sendiri berasal dari kata “hocus,” yang diyakini merupakan bentuk singkatan dari “hocus pocus,” sebuah mantra sulap pada abad ke-17 yang sering digunakan untuk menipu penonton.
Dengan kata lain, sejak awal istilah ini sudah berkaitan erat dengan unsur tipu daya dan rekayasa untuk membuat orang percaya pada sesuatu yang tidak benar.
Seiring berjalannya waktu, hoaks berkembang menjadi fenomena sosial yang melibatkan penyebaran informasi palsu demi tujuan tertentu, mulai dari hiburan, politik, ekonomi, hingga manipulasi publik.
Jika ditelusuri lebih dalam, hoaks pertama di dunia bisa ditelusuri ke masa lampau, bahkan sebelum adanya media cetak. Salah satu contoh paling awal yang tercatat dalam sejarah adalah pada tahun 1835, ketika surat kabar The Sun di New York menerbitkan serangkaian artikel yang dikenal sebagai “The Great Moon Hoax.”
Dalam berita itu, diklaim bahwa para ilmuwan telah menemukan kehidupan di bulan, termasuk makhluk mirip kelelawar, hutan, dan lautan. Artikel tersebut menampilkan “bukti ilmiah” palsu dan gambar imajinatif untuk mendukung klaimnya.
Ribuan orang percaya dan penjualan surat kabar pun melonjak drastis. Baru setelah beberapa minggu, publik menyadari bahwa cerita tersebut sepenuhnya fiksi. Peristiwa ini sering dianggap sebagai hoaks modern pertama yang menyebar luas melalui media massa.
Namun, jauh sebelum abad ke-19, praktik menipu publik dengan informasi palsu juga telah terjadi. Misalnya, pada zaman Romawi Kuno, politikus sering menyebarkan rumor palsu atau propaganda untuk menjatuhkan lawan politik.
Julius Caesar sendiri pernah menjadi korban fitnah politik melalui surat kabar dinding (Acta Diurna). Selain itu, pada abad pertengahan, kisah-kisah bohong tentang keajaiban agama atau penampakan makhluk gaib juga sering disebarkan oleh pihak tertentu untuk menarik perhatian masyarakat dan meningkatkan pengaruh keagamaan.
Memasuki era modern, terutama setelah ditemukannya mesin cetak oleh Johannes Gutenberg pada abad ke-15, hoaks semakin mudah menyebar karena informasi dapat dicetak massal.
Banyak pamflet, selebaran, dan surat kabar pada masa itu yang berisi kabar palsu atau dilebih-lebihkan untuk kepentingan politik atau komersial.
Contohnya, pada abad ke-18 di Eropa, beberapa penerbit sering menulis berita tentang penemuan makhluk aneh, harta karun misterius, atau fenomena langit yang dikaitkan dengan ramalan kiamat. Berita semacam itu sering menarik perhatian publik dan meningkatkan penjualan, meskipun isinya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Ketika teknologi komunikasi berkembang, dari radio, televisi, hingga internet, penyebaran hoaks pun semakin cepat dan luas. Di abad ke-20, banyak hoaks terkenal bermunculan, seperti siaran radio “War of the Worlds” oleh Orson Welles pada tahun 1938 yang membuat ribuan orang panik karena mengira benar-benar ada invasi alien.
Meskipun itu hanyalah sandiwara radio, peristiwa tersebut menunjukkan betapa mudahnya manusia termakan kepanikan akibat informasi yang terdengar meyakinkan.
Kini, di era digital, hoaks telah menjadi fenomena global. Media sosial memungkinkan siapa pun untuk menyebarkan informasi tanpa verifikasi, sehingga berita palsu bisa viral dalam hitungan menit.
Motif di balik hoaks pun semakin beragam, mulai dari mencari sensasi, menyebar kebencian, menjatuhkan reputasi seseorang, hingga memperoleh keuntungan ekonomi. Akibatnya, muncul kebutuhan besar akan literasi digital agar masyarakat bisa membedakan mana berita benar dan mana yang palsu.
Dari sejarah panjang tersebut, jelas bahwa hoaks bukanlah hal baru dalam peradaban manusia. Ia telah bertransformasi dari rumor lisan menjadi berita palsu di surat kabar, dan kini menjadi konten viral di dunia maya.
Namun esensinya tetap sama: hoaks selalu memanfaatkan kepercayaan dan rasa ingin tahu manusia. Oleh karena itu, memahami sejarah hoaks bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga menjadi pelajaran penting agar kita lebih kritis dan bijak dalam menerima setiap informasi yang kita terima hari ini.
Bagaimana Kata Hoax Pertama Kali Dikenalkan, Hoax Pertama Itu Apa?
Reviewed by Pendulum Dunia
on
4/06/2013 06:26:00 AM
Rating:
