Buncul Jenglot Besar Ditemukan Warga Cirebon, Jenglot Terbesar Indonesia

Buncul jenglot besar ditemukan warga desa di Cirebon, makhluk ini pertama kali ditemukan oleh warga setempat bernama Abdul Jamil, di Sungai Soka, Desa Pamijahan, Cirebon. Abdul Jamil yang bisu ini, mempunyai kekuatan spiritual dan mendapatkan Buncul pada Minggu malam pukul 21.00 WIB.

Buncul Jenglot Besar Ditemukan Warga Cirebon

Sejak Senin pagi, Buncul mulai dipertontonkan kepada warga. Namun karena banyak warga yang datang melihat, Buncul akhirnya diletakkan dalam aquarium di GOR Desa Pamijahan. Di dalam aquarium berukuran sedang itu, Buncul diletakkan dengan alas kain putih.

 Buncul Jenglot Besar

Mata makhluk ini ditutup kain hitam. Di sekitarnya disebar kembang tujuh rupa. Menurut Sutarno, warga setempat, makhluk ini menguatkan mitos warga Pamijahan. Buncul dipercaya sering muncul pada siang hari dan mengganggu anak-anak yang berenang di sungai.

"Warga percaya, makhluk ini bisa menyedot darah anak-anak saat berenang, sehingga meninggal. Tetapi di sini, belum pernah ada kejadian yang meninggal," ujar Sutarno.

 Buncul Jenglot Besar Ditemukan

Hingga pukul 16.30 WIB, ratusan orang masih berduyun-duyun melihat makhluk berambut dan berjenggot panjang ini. Mereka asyik memotret makhluk ini dengan kamera ponsel.

Penipuan jenglot adalah salah satu fenomena yang sering muncul di Indonesia ketika mitos, rasa penasaran, dan keyakinan mistis bertemu dengan kepentingan ekonomi oknum tertentu.

Dalam banyak kasus, jenglot dipromosikan sebagai makhluk kecil berwujud manusia mini yang dianggap memiliki kekuatan gaib, mulai dari membawa kekayaan hingga melindungi pemiliknya.

Namun kenyataannya, sebagian besar benda yang disebut “jenglot” hanyalah hasil rekayasa manusia yang dibuat untuk menipu orang-orang yang mudah percaya pada hal supranatural.

Dalam pandangan sejarah budaya, jenglot sebenarnya tidak memiliki akar kuat dalam mitologi Nusantara seperti tuyul atau leak. Keberadaannya baru ramai sekitar akhir 1990-an hingga awal 2000-an dan sering ditemukan dalam pameran-pameran benda mistis.

Banyak peneliti dan ahli biologi yang telah memeriksa “jenglot” dan mendapati bahwa benda tersebut hanyalah boneka kecil buatan manusia. Rambutnya biasanya berasal dari rambut manusia atau hewan, kulitnya dari bahan lateks, bangkai kadal, atau kulit ayam yang diawetkan, sementara bentuk giginya dibuat dari tulang, plastik, atau resin.

Fakta ini memperjelas bahwa jenglot sebenarnya bukan makhluk hidup, tetapi hasil kreativitas pembuatnya yang ingin memberikan ilusi makhluk gaib.

Modus penipuan jenglot biasanya memanfaatkan ketakutan dan harapan manusia. Para pelaku sering menampilkan benda tersebut dalam kondisi yang sengaja dibuat menyeramkan, lalu mengklaim bahwa jenglot harus diberi sesajen, dirawat secara khusus, atau bahkan disembah.

Dengan cara ini, mereka memengaruhi calon korban secara emosional dan psikologis, membuat korban merasa bahwa benda tersebut memiliki nilai lebih dari sekadar objek fisik.

Tidak jarang pula penjual jenglot memasang harga fantastis, bahkan mencapai puluhan juta rupiah, dengan janji keberuntungan bagi pemiliknya.

Dalam banyak kasus, pelaku penipuan juga memanfaatkan teknik pertunjukan, seperti menyorot jenglot dengan cahaya redup, memainkan suara mengerikan, atau menggunakan trik sederhana untuk membuat seolah-olah jenglot bisa bergerak.

Ada juga yang memanfaatkan media sosial untuk membuat narasi palsu, seperti mengunggah video editan atau foto manipulatif. Semua ini dirancang untuk menciptakan sensasi dan menumbuhkan kepercayaan bahwa jenglot memang memiliki kekuatan supranatural.

Penelitian ilmiah telah berkali-kali membuktikan bahwa jenglot tidak dapat bergerak, makan, apalagi hidup seperti yang diklaim para penipu.

Uji laboratorium menemukan bahwa jenglot tidak memiliki organ tubuh internal seperti makhluk hidup, tidak ada sistem saraf, dan tidak ada tanda-tanda metabolisme.

Bahkan ketika jenglot diklaim harus diberi “darah manusia”, hal itu hanyalah cara penipu untuk memperkuat sugesti korban agar merasa terikat secara emosional.

Fenomena penipuan jenglot menunjukkan bagaimana mitos mudah dimanfaatkan ketika masyarakat kurang mendapatkan edukasi sains. Rasa takut, harapan akan keberuntungan instan, dan minimnya pemahaman tentang manipulasi psikologis sering membuat seseorang menjadi korban.

Karena itu, penting bagi masyarakat untuk lebih kritis saat berhadapan dengan benda-benda yang diklaim memiliki kekuatan gaib dan tidak mudah percaya tanpa bukti ilmiah.

Pada akhirnya, jenglot bukan hanya simbol penipuan, tetapi juga cermin dari bagaimana mitos bisa dimanfaatkan oleh oknum untuk mendapatkan keuntungan. Edukasi, literasi sains, dan kesadaran kritis merupakan cara paling efektif untuk mencegah penipuan serupa agar tidak terus berulang.

Penipuan jenglot biasanya dimulai dari proses pembuatan benda “makhluk kecil” yang sengaja dirancang agar tampak menyeramkan dan meyakinkan.

Para pembuat jenglot sering menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah ditemukan, seperti kulit ayam, bangkai kadal, boneka kecil, atau campuran resin dan lateks.

Bahan-bahan tersebut kemudian dipotong, dibentuk, dan dimodifikasi agar seolah-olah menyerupai tubuh manusia mini dengan postur meringkuk, ciri khas jenglot yang sering ditampilkan. Pembuatnya tahu bahwa bentuk menyerupai manusia cenderung memicu rasa takut dan kepercayaan mistis.

Salah satu cara paling umum adalah menggunakan bangkai kadal atau biawak kecil yang telah diawetkan. Kulit hewan tersebut dibersihkan, dikeringkan, lalu dipahat atau dipotong untuk membentuk tubuh kecil yang cekung.

Bentuk kepala biasanya dimodifikasi dengan menambahkan gigi palsu yang dibuat dari potongan tulang kecil, resin, atau plastik.

Setelah itu, pelaku menambahkan rambut, yang seringkali berasal dari rambut manusia atau ekor kuda, untuk menciptakan ilusi bahwa jenglot memiliki “rambut panjang gaib”. Rambut dipasang dengan lem atau resin sehingga tampak seperti tumbuh dari tengkorak.

Metode lain adalah membuat jenglot sepenuhnya dari bahan buatan, seperti lateks, karet, lilin, clay, atau resin. Para penipu dengan kemampuan memahat akan membentuk figur kecil mirip mumi.

Kulit tiruan tersebut kemudian diwarnai dengan pigmen gelap, arang, atau cat agar terlihat tua dan mengering seperti telah berusia ratusan tahun. Untuk membuat tekstur kulit yang retak dan tampak “mistis”, pembuat sering memanaskan bahan tersebut sehingga mengerut.

Teknik ini membuat jenglot terlihat lebih meyakinkan bagi orang yang tidak memahami proses pembuatannya.

Bagian wajah jenglot biasanya dibuat seseram mungkin. Pelaku menambahkan taring palsu, sering memakai duri ikan, serpihan tulang, atau gigi hewan kecil.

Mata jenglot dibuat dari manik-manik, plastik kecil, atau dibiarkan cekung agar terlihat seperti rongga kosong. Bentuk ini menimbulkan kesan bahwa jenglot adalah makhluk gaib yang telah diawetkan secara misterius, padahal seluruhnya merupakan rekayasa seni.

Agar tampak semakin “hidup”, beberapa penipu memberi tambahan berupa serat kapas, kain tua, atau lapisan kulit yang dilumuri lem hingga menempel kuat. Pada beberapa kasus, pelaku merendam jenglot buatan dalam cairan kimia tertentu agar mengeluarkan bau menyengat.

Bau ini dimaksudkan untuk memperkuat sugesti korban bahwa jenglot tersebut memiliki aura gaib atau energi spiritual kuat. Padahal, bau tersebut berasal dari bahan organik yang membusuk atau campuran lem dan bahan kimia.

Setelah proses pembuatan selesai, tahap berikutnya adalah menciptakan narasi mistis. Jenglot tidak cukup hanya terlihat menyeramkan; penipunya harus membangun cerita bahwa jenglot ditemukan di tempat angker, digali dari makam kuno, atau pernah dipelihara oleh dukun terkenal.

Cerita ini dipadukan dengan ritual palsu, seperti menyuruh pembeli memberi “darah”, menyalakan kemenyan, atau memandikan jenglot pada hari tertentu. Semua ini bertujuan untuk membuat korban semakin percaya bahwa jenglot tersebut autentik dan memiliki kekuatan supranatural.

Dalam beberapa kasus, penipu juga menggunakan trik visual untuk menipu korban, seperti pencahayaan redup, asap kemenyan, atau suara-suara tertentu agar jenglot terlihat “bergerak”.

Beberapa bahkan memodifikasi jenglot dengan mekanisme sangat kecil, misalnya kawat halus, untuk menunjukkan gerakan tipis yang sebenarnya hanyalah ilusi.

Pada akhirnya, pembuatan jenglot bukanlah proses mistis, tetapi kombinasi dari kerajinan tangan, trik visual, dan manipulasi psikologis. Pemahaman ini penting agar masyarakat tidak mudah tertipu oleh benda-benda yang diklaim memiliki kekuatan gaib.
Buncul Jenglot Besar Ditemukan Warga Cirebon, Jenglot Terbesar Indonesia Buncul Jenglot Besar Ditemukan Warga Cirebon, Jenglot Terbesar Indonesia Reviewed by Pendulum Dunia on 4/08/2013 03:30:00 PM Rating: 5