Ternyata Manusia Purba Memasak Makanan di Zaman Neanderthals
Ternyata manusia purba ini sudah memasak makanan di zaman Neanderthals. Memasak mungkin telah memiliki sejarah 126.000 hingga 781.000 tahun, ujar sejumlah peneliti. Neanderthals sejak 36.000 tahun lalu telah mengkonsumsi sayuran, bahkan ada beberapa yang mereka masak sebelumnya, menurut sebuah penelitian baru.

Penelitian yang dipublikasikan online pada PNAS, dianalisa dari beberapa materi yang tersisa dalam gigi kalkulus dari tujuh gigi tiga Neanderthal dari Belgia dan Irak. Spesimen tersebut diperkirakan masing-masing berusia sekitar 36.000 dan lebih 50.000 tahun.
“Data kami menunjukkan bahwa Neanderthal berada dalam lingkungan suatu spektrum makanan nabati sebagai makanan mereka, seperti biji rumput (Triticeae cf. Hordeum), biji-bijian (Phoenix), kacang-kacangan (Faboideae), berbagai umbi-umbian serta tanaman lain yang belum teridentifikasi dan beberapa diantaranya dikonsumsi sebelum dimasak,” menurut makalah riset tersebut.
“Banyaknya sisa dari tanaman menunjukkan adanya kerusakan sebagai tanda khusus pernah dimasak.” Para peneliti menemukan bahwa kerusakan pada tumbuh-tumbuhan ini sangat sesuai dengan akibat adanya pola memanggang atau merebus.
Penelitian sebelumnya, seperti penemuan tungku dan bahan bakar, telah menandakan bahwa Neanderthal dapat memasak, namun ini adalah penelitian pertama yang menemukan bukti langsung atas perilaku tersebut.
“Bukti lain menunjukkan bahwa pola pencarian makanan Neanderthal banyak kemiripan dengan manusia modern, seperti hewan buruan kecil, sumber makanan laut, makanan nabati, penggunaan api, beberapa masakan dan pengolahan makanan lainnya.
Perilakau ini kemungkinan telah berkembang kembali hingga jaman Pertengahan Pleistocene (126.000 hingga 781.000 tahun lalu),” ujar para peneliti dalam makalah mereka.
Bukti bahwa manusia Neanderthal sudah memasak makanan sebenarnya cukup kuat dan telah ditemukan melalui berbagai penelitian arkeologis modern.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan beranggapan bahwa Neanderthal hanya memakan makanan mentah seperti daging hasil buruan atau tanaman liar.
Namun, temuan terbaru menunjukkan bahwa mereka memiliki pemahaman dasar tentang penggunaan api dan teknik memasak sederhana jauh sebelum munculnya manusia modern (Homo sapiens).
Salah satu bukti paling penting ditemukan di situs arkeologi di Irak dan Belgia, di mana para peneliti menemukan sisa-sisa makanan hangus di sekitar perapian kuno yang digunakan oleh Neanderthal.
Analisis mikroskopis menunjukkan bahwa sisa tersebut bukan hanya daging terbakar, melainkan juga sisa tanaman, umbi, dan biji-bijian yang telah diolah.
Hal ini menunjukkan bahwa Neanderthal tidak sekadar menggunakan api untuk kehangatan atau perlindungan, tetapi juga untuk memasak dan mengolah bahan makanan agar lebih mudah dicerna.
Penelitian lanjutan di situs Shanidar Cave di Irak bahkan menemukan sisa-sisa makanan yang telah dimasak dengan campuran bahan seperti kacang liar, gandum, dan akar tumbuhan.
Para peneliti menduga Neanderthal mungkin telah mengolah bahan-bahan ini menjadi semacam bubur atau kue sederhana yang dimasak di atas batu panas.
Temuan ini menandakan bahwa mereka sudah memiliki pengetahuan tentang cara menggabungkan bahan makanan untuk mendapatkan rasa dan tekstur yang lebih baik, sebuah langkah penting dalam evolusi kuliner manusia.
Bukti lain datang dari analisis gigi Neanderthal yang ditemukan di Spanyol. Melalui pemeriksaan plak gigi yang membatu selama ribuan tahun, para ilmuwan menemukan sisa pati yang menunjukkan tanda-tanda telah dimasak.
Pati yang terkena panas mengalami perubahan struktur mikroskopis yang mudah dikenali, dan hal ini membuktikan bahwa makanan mereka telah melalui proses pemanasan sebelum dimakan.
Menariknya, beberapa sisa menunjukkan adanya tumbuhan pahit yang kemungkinan besar sengaja dimasak untuk mengurangi rasa tidak enak atau racun alami di dalamnya.
Selain itu, kemampuan Neanderthal menggunakan api dengan terkontrol juga menjadi bukti kuat bahwa mereka memahami manfaat memasak. Di banyak situs prasejarah, ditemukan sisa perapian lengkap dengan abu, batu bara, dan tulang hewan yang menunjukkan bekas terbakar pada suhu tinggi.
Hal ini menandakan bahwa mereka telah menguasai seni menjaga nyala api agar stabil, sesuatu yang tidak mudah dilakukan tanpa pengetahuan dasar tentang bahan bakar dan pengaturan udara.
Temuan-temuan ini mengubah pandangan dunia ilmiah terhadap Neanderthal, yang selama ini dianggap sebagai manusia primitif tanpa kecerdasan kompleks.
Faktanya, mereka memiliki perilaku yang lebih maju dari yang diperkirakan, termasuk kemampuan memasak, memilih bahan makanan, dan mungkin juga menikmati cita rasa.
Memasak bukan hanya meningkatkan nilai gizi makanan, tetapi juga mempererat hubungan sosial, bisa jadi, di sekitar api unggun, mereka berbagi hasil buruan sambil berinteraksi satu sama lain, sebagaimana manusia modern melakukannya.
Dengan demikian, bukti arkeologis dan ilmiah yang ditemukan dari berbagai penjuru dunia menunjukkan bahwa Neanderthal bukan sekadar pemburu dan pengumpul makanan mentah.
Mereka sudah memahami teknik dasar memasak, memanfaatkan api secara cerdas, dan mengolah bahan makanan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Hal ini membuktikan bahwa tradisi memasak sudah menjadi bagian dari evolusi manusia jauh sebelum munculnya peradaban modern.

Penelitian yang dipublikasikan online pada PNAS, dianalisa dari beberapa materi yang tersisa dalam gigi kalkulus dari tujuh gigi tiga Neanderthal dari Belgia dan Irak. Spesimen tersebut diperkirakan masing-masing berusia sekitar 36.000 dan lebih 50.000 tahun.
“Data kami menunjukkan bahwa Neanderthal berada dalam lingkungan suatu spektrum makanan nabati sebagai makanan mereka, seperti biji rumput (Triticeae cf. Hordeum), biji-bijian (Phoenix), kacang-kacangan (Faboideae), berbagai umbi-umbian serta tanaman lain yang belum teridentifikasi dan beberapa diantaranya dikonsumsi sebelum dimasak,” menurut makalah riset tersebut.
“Banyaknya sisa dari tanaman menunjukkan adanya kerusakan sebagai tanda khusus pernah dimasak.” Para peneliti menemukan bahwa kerusakan pada tumbuh-tumbuhan ini sangat sesuai dengan akibat adanya pola memanggang atau merebus.
Penelitian sebelumnya, seperti penemuan tungku dan bahan bakar, telah menandakan bahwa Neanderthal dapat memasak, namun ini adalah penelitian pertama yang menemukan bukti langsung atas perilaku tersebut.
“Bukti lain menunjukkan bahwa pola pencarian makanan Neanderthal banyak kemiripan dengan manusia modern, seperti hewan buruan kecil, sumber makanan laut, makanan nabati, penggunaan api, beberapa masakan dan pengolahan makanan lainnya.
Perilakau ini kemungkinan telah berkembang kembali hingga jaman Pertengahan Pleistocene (126.000 hingga 781.000 tahun lalu),” ujar para peneliti dalam makalah mereka.
Bukti bahwa manusia Neanderthal sudah memasak makanan sebenarnya cukup kuat dan telah ditemukan melalui berbagai penelitian arkeologis modern.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan beranggapan bahwa Neanderthal hanya memakan makanan mentah seperti daging hasil buruan atau tanaman liar.
Namun, temuan terbaru menunjukkan bahwa mereka memiliki pemahaman dasar tentang penggunaan api dan teknik memasak sederhana jauh sebelum munculnya manusia modern (Homo sapiens).
Salah satu bukti paling penting ditemukan di situs arkeologi di Irak dan Belgia, di mana para peneliti menemukan sisa-sisa makanan hangus di sekitar perapian kuno yang digunakan oleh Neanderthal.
Analisis mikroskopis menunjukkan bahwa sisa tersebut bukan hanya daging terbakar, melainkan juga sisa tanaman, umbi, dan biji-bijian yang telah diolah.
Hal ini menunjukkan bahwa Neanderthal tidak sekadar menggunakan api untuk kehangatan atau perlindungan, tetapi juga untuk memasak dan mengolah bahan makanan agar lebih mudah dicerna.
Penelitian lanjutan di situs Shanidar Cave di Irak bahkan menemukan sisa-sisa makanan yang telah dimasak dengan campuran bahan seperti kacang liar, gandum, dan akar tumbuhan.
Para peneliti menduga Neanderthal mungkin telah mengolah bahan-bahan ini menjadi semacam bubur atau kue sederhana yang dimasak di atas batu panas.
Temuan ini menandakan bahwa mereka sudah memiliki pengetahuan tentang cara menggabungkan bahan makanan untuk mendapatkan rasa dan tekstur yang lebih baik, sebuah langkah penting dalam evolusi kuliner manusia.
Bukti lain datang dari analisis gigi Neanderthal yang ditemukan di Spanyol. Melalui pemeriksaan plak gigi yang membatu selama ribuan tahun, para ilmuwan menemukan sisa pati yang menunjukkan tanda-tanda telah dimasak.
Pati yang terkena panas mengalami perubahan struktur mikroskopis yang mudah dikenali, dan hal ini membuktikan bahwa makanan mereka telah melalui proses pemanasan sebelum dimakan.
Menariknya, beberapa sisa menunjukkan adanya tumbuhan pahit yang kemungkinan besar sengaja dimasak untuk mengurangi rasa tidak enak atau racun alami di dalamnya.
Selain itu, kemampuan Neanderthal menggunakan api dengan terkontrol juga menjadi bukti kuat bahwa mereka memahami manfaat memasak. Di banyak situs prasejarah, ditemukan sisa perapian lengkap dengan abu, batu bara, dan tulang hewan yang menunjukkan bekas terbakar pada suhu tinggi.
Hal ini menandakan bahwa mereka telah menguasai seni menjaga nyala api agar stabil, sesuatu yang tidak mudah dilakukan tanpa pengetahuan dasar tentang bahan bakar dan pengaturan udara.
Temuan-temuan ini mengubah pandangan dunia ilmiah terhadap Neanderthal, yang selama ini dianggap sebagai manusia primitif tanpa kecerdasan kompleks.
Faktanya, mereka memiliki perilaku yang lebih maju dari yang diperkirakan, termasuk kemampuan memasak, memilih bahan makanan, dan mungkin juga menikmati cita rasa.
Memasak bukan hanya meningkatkan nilai gizi makanan, tetapi juga mempererat hubungan sosial, bisa jadi, di sekitar api unggun, mereka berbagi hasil buruan sambil berinteraksi satu sama lain, sebagaimana manusia modern melakukannya.
Dengan demikian, bukti arkeologis dan ilmiah yang ditemukan dari berbagai penjuru dunia menunjukkan bahwa Neanderthal bukan sekadar pemburu dan pengumpul makanan mentah.
Mereka sudah memahami teknik dasar memasak, memanfaatkan api secara cerdas, dan mengolah bahan makanan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Hal ini membuktikan bahwa tradisi memasak sudah menjadi bagian dari evolusi manusia jauh sebelum munculnya peradaban modern.
Ternyata Manusia Purba Memasak Makanan di Zaman Neanderthals
 
        Reviewed by Pendulum Dunia
        on 
        
4/04/2013 03:36:00 PM
 
        Rating: 
 
        Reviewed by Pendulum Dunia
        on 
        
4/04/2013 03:36:00 PM
 
        Rating: 

